PENDAHULUAN
Komoditi
salak merupakan salah satu jenis buah tropis asli Indonesia yang
menjadi komoditas unggulan dan salah satu tanaman yang cocok untuk
dikembangkan. Di Indonesia terdapat berbagai varietas salak
diantaranya: salak pondoh, salak swaru, salak enrekang, salak gula
pasir, salak bali, salak padang sidempuan, salak gading ayu, salak
pangu, salak sibakua, salak sangata, salak condet, salak manonjaya,
salak kersikan, salak bongkok. Diantara berbagai jenis serta varietas
salak tersebut, varietas salak pondoh, swaru, nglumut, enrekang, dan
gula batu atau bali mempunyai nilai komersial yang tinggi, sehingga
varietas tersebut ditetapkan oleh pemerintah sebagai varietas unggul
untuk dikembangkan.
Daerah-daerah
di Indonesia yang tercatat sebagai sentra produksi salak diantaranya:
Padangsidempuan (Sumatra Barat), Serang (Banten), Sumedang,
Tasikmalaya, Ciamis, Batujajar (Jawa Barat), Magelang, Ambarawa,
Wonosobo, Banyumas, Purworejo, Purbalingga, Banjarnegara (Jawa
Tengah), Sleman (Yogyakarta), Bangkalan, Pasuruan (Jawa Timur),
Karang Asem (Bali), Enrekang (Sulawesi Selatan). Akan tetapi pada
umumnya daerah-daerah sentra salak tersebut memproduksi buah salak
yang khas.
Salak
pondoh memiliki kandungan vitamin C yang lebih tinggi, kadar gula
yang lebih tinggi serta kadar asam yang lebih rendah dibanding dengan
jenis salak lain (Redaksi Agromedia, 2007). Rata-rata kadar vitamin C
dalam salak pondoh adalah 19,63 mg per 100 gr, kadar gula reduksi
sebesar 21,72 persen, kadar asam adalah 4,93 mg per 100 gr, dengan
rasio gula asam adalah 3,93. Salak pondoh juga mempunyai keunggulan
dibanding dengan salak lain, dari segi rasa salak pondoh memiliki
rasa yang manis dan tidak sepet saat masih muda, dan daya simpan yang
lebih lama karena buah salak pondoh tergolong buah yang berpola
respirasi non klimaterik yang memiliki umur penyimpanan yang relatif
lebih lama dimana salak pondoh mulai membusuk setelah 13 hari
penyimpanan pada suhu kamar (Santoso, 1990), serta salak pondoh
merupakan salah satu buah lokal yang pemasarannya dapat memasuki
supermarket.
BUDIDAYA
SALAK PONDOH
Pemilihan
dan Persiapan Lahan
Salak
pondoh akan tumbuh baik pada dataran rendah hingga ketinggian 800
mdpl dengan tipe iklim basah, dan tipe tanah podzolik dan regosol
atau latosol yang yang bertekstur geluh lempungan sampai geluh
pasiran. Tanaman salak pondoh memerlukan naungan dan bahkan tanaman
salak pondoh muda memerlukan naungan berat untuk mengurangi
transiprasi dan evaporasi, sehingga lahan perlu dipersiapkan dengan
menanam pohon pelindung terlebih dahulu atau ditumpangsarikan dengan
tanaman lainnya.
Pengadaan
Benih
Tujuan
utama pengadaan benih adalah menyiapkan benih salak pondoh betina dan
jantan bermutu untuk menghasilkan buah bermutu. Pembenihan salak
pondoh dapat berasal dari biji (generatif) atau dari anakan
(vegetatif). Pembenihan secara generatif adalah pembenihan dengan
menggunakan biji yang diperoleh dari pohon induk, tetapi pembenihan
dari biji kurang lazim dilakukan dalam budidaya salak pondoh.
Pembenihan
vegetatif dapat diperoleh dengan memisahkan anakan baik secara
langsung maupun memisahkan anakan secara buatan atau cangkok. Benih
yang berasal dari perbanyakan vegetatif mempunyai beberapa kelebihan
dibanding benih yang berasal dari biji, antara lain: 1) hasil tanaman
yang diperoleh sifatnya pasti sama dengan pohon induknya; 2) dapat
dipastikan terlebih dahulu kelamin tanaman (jantan/betina); 3) cepat
berbunga dan berbuah serta hasilnya lebih seragam atau relatif sama
dengan pohon induknya. Disamping kelebihan tersebut, kekurangan benih
yang berasal dari cangkok adalah sulit memperoleh benih yang berumur
seragam dalam jumlah besar dan sistem perakarannya tidak sebaik
perakaran benih dari semai.
Pengolahan
Lahan
Pengolahan
lahan meliputi: 1) perataan tanah untuk mengatur sistem irigasi,
mempermudah pengaturan jarak tanam, pengaturan pohon pelindung,
meratakan tanah/lahan, pengaturan bedengan dan saluran air; 2)
pembersihan rumput-rumput, batu-batu padas dan pohon-pohon kayu yang
tidak diperlukan; 3) membajak dan mencangkul tanah untuk
menggemburkan tanah; dan 4) pembuatan bedengan/guludan.
Jarak
tanam ideal adalah 2,5 x 2,5 m atau 2 x 2,5 m, dimana jarak 2,5 m
adalah jarak antar larikan dan jarak 2 m adalah jarak antar tanaman
dalam satu larikan. Bedengan dibuat sepanjang larikan dengan
kedalaman 15 cm dan lebar 100 cm. Tanah galian diletakkan di kanan
dan kiri larikan dan kemudian diratakan, sehingga terbentuk bedengan
dengan lebar 150 cm, tinggi ± 25 cm, dan panjang menyesuaikan ukuran
kebun. Larikan sebaiknya dibuat membujur dari timur ke barat.
Sedangkan untuk pada lahan teras bangku, arah larikan searah dengan
arah teras.
Lubang
tanam dibuat dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm. Pada tanah yang keras,
ukuran lubang dapat diperbesar untuk memberikan ruang yang lebih
untuk perkembangan akar. Pada saat membuat lubang, tanah galian
bagian atas (± 25 cm) diletakkan pada sebelah timur lubang tanam
yang dibuat dan tanah galian bawah (± 25 cm) letakkan di sebelah
barat lubang tanam. Lubang tanam dibiarkan selama 2 – 3 minggu,
baru kemudian ditimbun kembali. Pada saat penimbunan, tanah bagian
bawah dikembalikan pada posisi semula, sedangkan tanah bagian atas
dicampur dengan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dengan
perbandingan 1:1 dan kapur pertanian/dolomit sebanyak 0,25 – 0,5
kg/lubang tanam. Dengan demikian pada bekas lubang akan terbentuk
gundukan. Gundukan tanah tersebut tidak perlu dipadatkan tetapi
dibiarkan agar menyusut dengan sendirinya.
Penanaman
Benih
Penanaman
benih adalah menanam benih jantan dan betina bermutu dengan benar
dengan tujuan agar benih jantan ditanam dengan benar sebagai sumber
serbuk sari dan benih betina untuk memproduksi buah. Dalam suatu
luasan kebun salak diperlukan 4 – 10 persen tanaman jantan, dimana
penanaman benih jantan dapat dilakukan dengan cara, yaitu: 1) ditanam
di tengah-tengah atau di antara benih salak betina dan 2) benih
jantan ditanam di pinggir lahan sebagai tanaman pagar.
Benih
salak pondoh umumnya ditanam pada awal musim penghujan ketika tanah
mengandung cukup air yaitu sekitar 60 – 80 persen. Keadaan tanah
yang gembur dan kelembaban yang cukup memungkinkan akar benih mampu
hidup dan berkembang secara baik. Penanaman dilakukan pada lubang
tanam yang telah disediakan.
Penanaman
benih dilakukan dengan cara membenamkan media tanam yang terdapat
didalam keranjang benih atau polybag ke dalam lubang tanam. Ditengah
tanah penutup lubang tersebut digali lagi dengan ukuran sebesar
keranjang benih atau polybag. Sebelum benih dimasukkan ke dalam
lubang, keranjang benih atau polybag dilepas terlebih dahulu dengan
menyayat atau merobek bagian samping dan bagian dasarnya. Pada saat
melepas keranjang atau polybag dilakukan dengan hati-hati dan dijaga
agar akar tidak merusak akar.
Penyulaman
Penyulaman
diperlukan untuk mengganti tanaman yang mati, tanaman yang
perkembangannya kurang baik dengan tanaman baru yang sehat dan
berumur sama dengan tujuan untuk mempertahankan populasi tanaman di
kebun. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan dengan
tanaman yang berumur sama atau berukuran sama dengan tanaman di
sekitarnya.
Penyulaman
dapat dilakukan pada saat tanaman masih muda atau bahkan pada tanaman
dewasa. Tanaman muda atau tanaman yang masih kecil dapat diganti
dengan benih baru atau tanaman muda lainnya dengan sistem putaran,
yaitu memindahkan tanaman beserta tanah tempat perakaran atau
sebagian perakaran.
Pemeliharaan
Tanaman
Pemeliharaan
tanaman salak pondoh meliputi beberapa kegiatan antara lain:
penyiangan, pembubunan, pemangkasan, pemupukan, penyerbukan,
pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Penyiangan
Penyiangan
adalah membuang dan membersihan rumput-rumput atau tanaman pengganggu
lainnya yang tumbuh di kebun salak. Tanaman pengganggu atau gulma
bila tidak diberantas akan menjadi pesaing bagi tanaman salak dalam
memperebutkan unsur hara dan air.
Pembubunan
Pembubunan
dilakukan setelah ujung batang atau pangkal daun mencapai permukaan
tanah, atau di atas permukaan tanah. Tanah yang digunakan untuk
menimbun berasal dari kanan dan kiri larikan yang semula berupa
bedengan. Pembubunan bertujuan untuk memperdalam perakaran,
memperkokoh tanaman, merangsang pertumbuhan tunas, dan memperdekat
jarak antara permukaan tanah dengan akar lateral yang tumbuh tepat
dibawah daun yang gagal mencapai tanah.
Pemangkasan
Pemangkasan
yang dilakukan antara lain: 1) pemangkasan pelepah daun, dan 2)
mengurangi jumlah anakan. Pemangkasan pelepah daun adalah memotong
pelepah daun yang tidak produktif, kering, mati dan terserang
organisme pengganggu tanaman. Tujuan pemangkasan pelepah, adalah
untuk membentuk tajuk ideal tanaman salak (yaitu 7 – 9 pelepah daun
pertanaman) agar produktivitas dan mutu buah yang dihasilkan dalam
kondisi yang maksimal dan merangsang pembentukan seludang bunga
betina. Pemangkasan tanaman diawali setelah tanaman berumur satu
tahun yang bertujuan mengatur pertumbuhan vegetatif ke arah
pertumbuhan generatif yang lebih produktif.
Pemangkasan
pelepah dapat dilakukan setiap 2 bulan sekali tetapi pada saat
mendekati masa berbunga atau berbuah pemangkasan dapat dilakukan
lebih sering, yaitu 1 (satu) bulan sekali. Pemangkasan pelepah daun
salak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) Pemangkasan pelepah
daun salak dilakukan sampai pada pangkal pelepah karena bagian yang
disisakan sebenarnya sudah tidak berguna lagi bagi tanaman; atau 2)
Pemangkasan pelepah daun salak dilakukan dengan menyisakan pangkal
pelepah yang dapat digunakan sebagai penyangga tandan buah.
Sedangkan
pemangkasan atau penjarangan anakan adalah mengurangi dan mengatur
jumlah anakan dalam satu rumpun tanaman. Satu rumpun salak cukup
disisakan 1 atau 2 anakan dengan jumlah anakan maksimal 3 – 4 buah
pada setiap rumpunya, dan apabila jumlah anakan melebihi 4 buah maka
akan mengganggu produktivitas tanaman. Pangkas anakan yang keluar
dari barisan, pertumbuhan kurang baik dan terlalu banyak.
Pemupukan
Pemupukan
tanaman salak pondoh secara umum dilakukan sebanyak 2 (dua) kali
dalam setahun yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan atau
pada bulan April dan September, atau pada bulan Oktober/September dan
Februari/Maret. Secara khusus, waktu dan dosis pemberian pupuk pada
tanaman salak pondoh dapat dilakukan berdasarkan umur dan kondisi
tanaman, yaitu:
1.
Saat tanaman berumur 0 – 36 bulan pemberian pupuk dilakukan 3 bulan
sekali menggunakan pupuk Urea/ZA sebanyak 30 gram/rumpun, SP-36
sebanyak 20 gram/rumpun, dan KCl sebanyak 15 gram/rumpun. Sedangkan
pemberian pupuk organik dan kapur dolomit dapat dilakukan 6 bulan
sekali dengan takaran pupuk organik sebanyak 5 – 10 kg/rumpun dan
kapur sebanyak 0,25 – 1 kg/rumpun.
2.
Saat tanaman salak pondoh berumur di atas 36 bulan dan seterusnya
dilakukan pemupukan 6 bulan sekali dengan pemberian pupuk organik
sebanyak 5 – 10 kg/rumpun, kapur dolomit sebanyak 0,25 – 1
kg/rumpun, Urea/ZA sebanyak 70 gram/rumpun, SP-36 sebanyak 50
gram/rumpun, dan KCl sebanyak 30 gram/rumpun.
Cara
pemberian atau aplikasi pupuk pada tanaman salak pondoh dapat
dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
1.
Pupuk dimasukkan ke dalam lubang parit yang dibuat melingkari tanaman
salak. Lubang parit dibuat sekitar tanaman salak dengan jarak lubang
parit dari tanaman salak sekitar 50 – 100 cm, dengan lebar parit 20
cm dan dalam 15 – 30 cm. Pupuk dibenamkan ke dalam lubang parit
tersebut dan kemudian tutup dengan tanah; atau
2.
Pupuk dimasukkan ke dalam lubang yang dibuat diantara dua tanaman
salak dalam satu larikan. Lubang dibuat dengan panjang 100 cm, lebar
50 cm dan dalam 15 – 30 cm, sehingga jarak antara lubang pupuk
dengan pangkal tanaman adalah sekitar 75 cm. Pupuk dibenamkan ke
dalam lubang kemudian tutup dengan tanah.
Penyerbukan
Tanaman
salak pondoh merupakan tanaman berumah dua (dioeceus) dimana bunga
jantan dan bunga betina berada pada pohon yang berbeda. Keadaan
tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan penyerbukan
sendiri, melainkan penyerbukan silang (allogami). Penyerbukan silang
memerlukan perantara. Penyerbukan pada salak pondoh terjadi melalui
perantara serangga atau melalui penyerbukan buatan oleh manusia.
Penyerbukan
dengan bantuan manusia dapat dilakukan setelah kuncup-kuncup bunga
betina dalam tongkol tampak mekar berwarna merah muda. Seludang bunga
dibersihkan dengan memotongnya, hingga tampak tongkol bunganya.
Penyerbukan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca baik/tidak hujan dan
pada pagi atau sore hari. Agar serbuk sari bunga jantan jatuh tepat
ke kepala putik, tongkol bunga jantan didekatkan di atas tongkol
bunga betina, kemudian diketuk atau ditepuk dengan jari. Untuk kuncup
bunga jantan yang belum mekar (belum tampak serbuk sarinya), ditekan
dengan kuku kemudian diketuk-ketuk di atas bunga betina sampai merata
pada seluruh tongkol. Satu tongkol bunga jantan dapat dipakai untuk
menyerbuk ± 10 tongkol bunga betina.
Tongkol
bunga yang sudah diserbuk ditutup dengan daun, kantong platik atau
gelas/botol platik bekas. Pemberian tutup atau kerudung bertujuan
agar serbuk sari yang telah menempel terlepas atau tercuci oleh air.
Tutup tandan dibuka 3 – 5 hari setelah penyerbukan.
Penjarangan
Buah
Penjarangan
buah adalah mengurangi jumlah buah yang terdapat dalam setiap tandan
dengan tujuannya untuk menghasilkan buah dengan mutu dan jumlah yang
optimal sesuai target yang ditetapkan. Cara melakukan penjarangan
buah adalah: 1) penjarangan pertama saat dua bulan setelah
penyerbukan (ukuran buah sebesar kelereng), dengan cara memilih buah
yang abnormal, terserang hama dan penyakit atau buah yang normal tapi
posisinya terjepit, dengan cara menusuk buah yang dipilih untuk
dijarangkan; 2) penjarangan kedua, sebulan setelah penjarangan
pertama dengan cara yang sama seperti penjarangan pertama, atau
dengan mencongkel buah yang dipilih; dan 3) bungkus tandan dengan
anyaman atau keranjang bambu.
Penanganan
Panen dan Pasca Panen
Panen
Panen
adalah memetik buah yang telah siap panen atau mencapai kematangan
yang optimal dengan tujuan untuk memperoleh buah pada standar mutu
yang telah ditetapkan. Buah yang sudah siap panen mempunyai ciri-ciri
sisik telah jarang, bulu-bulu telah hilang dan warna kulit buah merah
kehitaman atau kuning tua berkilat, selain itu umur tanaman dan
tekstur buah perlu diperhatikan. Panen pertama dengan menggunakan
benih cangkokan vegetatif dimulai pada saat tanaman salak pondoh
berusia 2 – 3 tahun.
Pemetikan
buah biasanya juga dilakukan setelah 7 - 8 bulan sejak terjadinya
penyerbukan. Untuk pemetikan buah tidak dipilih satu per satu tapi
dipotong bersama tandannya. Rata-rata produksi buah salak per pohon
per tahun adalah 10 kg.
Penanganan
Pasca Panen
Seperti
buah-buahan lainnya, buah salak mudah rusak dan tidak tahan lama.
Kerusakan buah ditandai dengan bau busuk dan daging buah menjadi
lembek serta berwarna kecoklat-coklatan. Setelah dipetik buah salak
masih meneruskan proses hidupnya berupa proses fisiologi. Sehingga
buah salak tidak dapat disimpan lama dalam keadaan segar, maka
diperlukan penanganan pascapanen.
Pasca
panen adalah pekerjaan yang dilakukan pada hasil produk yang baru
saja dipanen. Tujuan penanganan pasca panen adalah melakukan
pekerjaan meliputi pembersihan, sortasi buah, pelabelan dan
pengemasan berdasarkan ukuran dan standar mutu yang telah ditentukan.
Terdapat
empat standar kelas salak pondoh, yaitu: 1) Kelas A, kelas mutu salak
pondoh berukuran sangat besar dengan jumlah 8 – 12 buah per
kilogram; 2) Kelas B, kelas mutu salak pondoh berukuran besar dengan
jumlah 13 – 17 buah per kilogram; 3) Kelas C, kelas mutu salak
pondoh berukuran sedang dengan jumlah 19 – 22 buah per kilogram;
dan 4) Kelas D, kelas mutu salak pondoh berukuran kecil dengan jumlah
lebih dari 25 buah per kilogram.
Pengemasan
untuk buah salak segar memiliki beberapa kriteria, antara lain: 1)
harus berlubang untuk memberikan sirkulasi udara; 2) kuat, agar buah
salak terlindung tekanan dari luar; dapat diangkut dengan mudah; dan
3) ukuran pengemas harus disesuaikan dengan jumlah buah. Jenis
pengemasan yang dapat digunakan, antara lain keranjang bambu, peti
kayu, dan kardus karton. Buah salak pondoh dapat tahan disimpan
sampai maksimal 21 hari apabila buah tidak luka, bebas dari serangan
hama atau penyakit dan sirkulasi udara tempat penyimpanan berjalan
baik.
Pengolahan
bertujuan untuk meningkatkan kualitas barang yang bersangkutan baik
dalam rangka memperkuat daya tahan barang tersebut maupun dalam
rangka peningkatan nilainya. Terdapat beberapa hasil olahan salak
pondoh, antara lain: manisan salak, sirup salak, dodol salak, dan
keripik salak.
DAFTAR
PUSTAKA
Adnany,
Z. 2008. Sistem Tataniaga Komoditi Salak Pondoh di Kabupaten
Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Asmara,
A., Suhandi, dan N. Ichwan. 2008. Buku Panduan Budidaya Salah Pondoh
Terpadu Dengan Teknologi Pupuk Organik. Pusat Pelatihan Pertanian dan
Pedesaan Swadaya (P4S) Antanan. Bogor.
Harsoyo,
Y. 1999. Analisis Efisiensi Produksi dan Pemasaran Komoditi Salak
Pondoh Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis. Program Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Purnomo,
H. 2010. Budidaya Salak Pondoh. Penerbit Aneka Ilmu. Semarang.
Redaksi
Agromedia. 2007. Budidaya Salak. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Santoso,
H.B. 1990. Salak Pondoh. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Satuhu,
S. 2004. Penanganan dan Pengolahan Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sunarjono,
H. 2005. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sulastri,
S. 1986. Studi Morfologi Kromosom Buah Salak. Laporan Penelitian.
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Solihin.
2001. Kajian Faktor-Faktor Penentu Produktivitas Salak Pondoh di
Wilayah Sleman. Tesis. Program Studi Ilmu Tanah Program Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
(Zaky
Adnany, SP - Penyuluh Pertanian di Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Kabupaten Wonosobo)
Sumber http://epetani.deptan.go.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar